Selasa, 03 Januari 2012

Permainan Tradisional Digital; Berbudaya Melalui Teknologi

Tentu masih terekam dengan baik di benak kita kala beberapa waktu lalu Malaysia mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya mereka, pula Tari Kecak Bali. Kala itu, kita beramai-ramai geram dan mengutuki Malaysia sekena kita. Satu tulisan unik membuat saya bertobat. Tulisan itu memaparkan bahwa selama ini, disadari atau tidak, kita tidak pernah benar-benar berusaha untuk mengabadikan dan melestarikan budaya kita. Budaya bangsa menjadi asing di rumah sendiri.

Di sisi lain, pada suatu malam, saya iseng mengajak adik-adik dan sepupu-sepupu kecil saya bermain cublek-cublek suwung. Namun baru beberapa detik mereka menggeleng berjamaah tanda tak tahu permainan ini. Lalu saya tawarkan game terbaru di laptop dan dalam hitungan menit mereka fasih menjalankannya. Saya tergelak menahan senyum. Betapa generasi bangsa telah semakin jauh dari budayanya, dalam contoh ini permainan tradisional yang sarat nilai sosial dan edukatif. Permainan tradisional juga semakin asing di dunia anak-anak nusantara. Sebelum kembali diklaim negara lain, ada baiknya kita mewariskannya pada generasi penerus kita.

Mengapa Permainan?
Bukan tanpa dasar permainan dipilih sebagai jembatan budaya dan generasi bangsa. Dalam permainan, anak akan lebih rileks dan merasa senang. Tanpa mereka sadari, mereka juga belajar budaya secara langsung. Lebih lanjut, permainan merupakan satu kegiatan wajib anak-anak untuk mengimbangi kinerja otak kiri dan kanan. Permainan merupakan kebutuhan yang tidak lagi terakomodasi dengan baik pada dekade terakhir. Anak-anak kita disibukkan dengan segala serbi kegiatan pengasahan bakat dan minat, les ini, kursus itu. Mereka tidak lagi menikmati asyiknya berkejaran kala bermain benteng, indahnya bekerja sama dalam gobak sodor, dan mudahnya belajar matematika dalam dakon. Memang, bersenang-senang tidak hanya melalui permainan. Tak salah pula jika mereka berbahagia dengan segala aktivitas mereka, segala bentuk kursus, les, dan semacamnya. Namun, tetap ada benarnya jika permainan tradisional yang sarat nilai itu didekatkan kembali pada mereka. Toh, bagaimana pula itu warisan bangsa yang berhak, dan bahkan wajib, kita rumat sebagai identitas bangsa.

Permainan Tradisional Digital
Agak janggal mungkin mendengar dua kata tersebut berpadu, digital dan tradisional. Terkesan kontradiktif mungkin, namun kita harus mulai berdamai dengan segala pertentangan untuk kemajuan sekaligus pelestarian budaya serta nilai luhur bangsa. Melalui permainan, anak-anak akan merasa lebih bebas dan senang untuk belajar. Melalui permainan pula, budaya bangsa dapat dilestarikan. Nilai-nilai luhur bangsa yang selama ini hanya diajarkan di sekolah harus mulai didekatkan kembali ke dunia anak-anak melalui permainan. Permainan tradisional tak lagi harus datang dalam bentuk tradisional. Permainan tradisional yang mulai asing itu harus dikemas lebih menarik. Teknologi yang dewasa ini menjadi teman terdekat anak-anak kitalah yang bakal menjadi kepanjangan tangan kita.

Melalui permainan game di laptop dan piranti elektronik lain yang karib dengan generasi muda kita, kita tawarkan permainan tradisional digital. Permainan tradisional yang dipadukan dengan teknologi secara tepat akan menjadi solusi kreatif mengatasi kesenjangan budaya pada generasi muda.Tentu permainan tradisional ini harus dikemas sekian rupa hingga nilai-nilai sosial, moral, hingga edukatif tetap tersampaikan dengan baik. Teknologi harus dirancang agar anak tak lagi egois dan mengenal dirinya, namun juga mengerti teman di sekitarnya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More