Jumat, 14 Juni 2013

Kepemimpinan kunci kesuksesan dalam memajukan pendidikan islam

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Makalah ini ditulis oleh Uhan Noor Ayyubi dan Syaukirrahman, mahasiswa semester 6 jurusan pendidikan agama islam fakultas tarbiyah universitas islam negeri maulanan malik Ibrahim malang. Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas tengah semester (UTS) mata kuliah kepemimpinan dalam pendidikan islam yang diampu oleh Bapak mujtahid.
Sesuai dengan judul pada cover, maka makalah ini akan menjelaskan tentang kepemimpinan kunci kesuksesan dalam memajukan pendidikan islam. Dalam kata lain, kepemimpinan yang bagaimanakah, dan oleh siapakah yang nantinya bisa memajukan pendidikan islam di negeri ini. Seperti kita ketahui bersama, pendidikan di negeri kita terkesan dengan carut marut pelaksanaan teknisnya serta kurikulum yang menaunginya. Belum ada aturan yang pas yang mampu mengakomodasi serta mewadahi keinginan dari pelaku pendidikan. Terbukti dengan sudah berapa banyak pergantian kurikulum di negeri ini, belum lagi akhir-akhir ini kurikulum berbasis karakter yang belum seluruhnya tahu dan paham maksud dan tujuannya, kini akan diganti lagi dengan kurikulum 2013. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, siapa yang salah, apakah kesemuanya kurikulum itu salah?, atau manusia pelaksana kurikulum itu yang salah?
Oleh karena itu, kepemimpinan yang produktif serta berkarakter penulis tawarkan untuk memajukan pendidikan islam di negeri ini. Dengan adanya sentuhan nafas islam maka kepemimpinan itu akan sejalan dengan hati nurani serta apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT yang kemudian dapat mengakomodir seluruh insan pendidikan di negeri ini.
Urgensi judul ini adalah selain sebagai bahan penambah pengetahuan penulis serta pembaca, juga sebagai bahan diskusian yang nantinya dapat didiskusikan bersama antar mahasiswa khususnya yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Serta dapat dijadikan salah satu referensi dalam mecari hakikat pendidikan di negeri kita.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah Pendidikan Agama Islam itu?
2.      Apa fungsi kepemimpinan dalam memajukan pendidikan Islam itu?
3.      Bagaimana peran Kepala Sekolah dalam memajukan pendidikan islam itu?
4.      Apa saja upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan islam itu?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui seluk beluk mengenai pendidikan agama Islam.
2.      Mengetahui fungsi kepemimpinan dalam memajukan pendidikan Islam.
3.      Mengetahui peran Kepala Sekolah dalam memajukan pendidikan islam.
4.      Mengetahui upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan islam.




















BAB II
PEMBAHASAN

1. Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama Islam
1.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Prof. Dr. Zakiah derajat menjelaskan pengertian pedidikan agama Islam sebagai berikut;
1)   Pendidikan agama  Islam adalah usaha berupa bimbingan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikanya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikanya sebagai pandangan hidup ( way of life).
2)   Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.
3)   Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melaluai ajaran- ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkanajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaan agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamaan hidup di dunia maupun di akhirat nanti.[1]
Menurut Abdul Majid menyatakan "Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antara umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa".
Dapat disimpulkan dari beberapa teori diatas, bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah disiapkan, dan menghasilkan out put sumber daya manusia yang handal berpengetahuan dan jauh dari kebodohan.

1.2. Tujuan Dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang mulia untuk kemaslahatan kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat, semua itu untuk mencetak insan yang kamil dalam kehidupan. Manusia tidak hanya berpengetahuan saja tetapi juga dapat mengapliksikannya dalam kehidupan sehari-hari.
           
Menurut Abuddin Nata tujuan pendidikan Islam dapat dikemukakan sebagai berikut ini;
1.    Melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan Islam yang merangkum aspirasi atau cita-cita Islam yang harus diihktiarkan agar menjadi kenyataan.
2.    Memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya  bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam. Ia memberikan bahan masukan kepada ilmu ini.
3.    Menjadi korektor terhadap kekurangan teori-teori yang dipegangi oleh ilmu pendidikan Islam sehingga kemungkinan pertemuan antara teori dan praktek semakin dekat dan hubungan antara keduanya bersifat interaktif (saling mempengaruhi).[2]
Sedangkan Prof.H.M Arifin,M.Ed. menyebutkan bahwa tujuan akhir pendidikan agama Islam itu pada hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia di dunia dan akhirat. [3]
Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan, maka ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara lain:
a.    Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b.    Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c.    Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d.   Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.

1.3. Fungsi Pendidikan Islam
Menurut DR. Abdul Mujib, M.Ag & Dr. Jusuf Mudzakkir,M.Si.  fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. [4]
Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah / madrasah mempunyai beberapa fungsi. Fungsi tersebut adalah garis-garis besar penjabaran dari fungsi pendidikan agama Islam. Adapun fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Fungsi Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama – tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2.    Fungsi Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3.    Fungsi Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4.    Fungsi Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5.    Fungsi Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.
6.    Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
7.    Fungsi Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.[5]

1.4.  Kualitas Pendidikan Agama Islam
Masa depan umat manusia di abad 21 sangat ditentukan seberapa jauh manusia yang dapat merubah tantangan menjadi peluang dan dapat mengisi peluang secara produktif. Sementara faktor kepribadian atau moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa depan membutuhkan manusia-manusia kreatif, inovatif, dinamis, bermoral baik dan mampu berkomunikasi.
Para orang tua murid selain menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, Negara dan bangsa tetapi juga menjadi anak yang berakhlak mulia dan berjiwa Islami. Hal ini mereka pertaruhkan harapannya pada lembaga-lembaga pendidikan Islam yang berkualitas. Adapun kriteria pendidikan Agama Islam yang berkualitas adalah sebagai berikut:
a.    Mampu memberi pengaruh yang positif sehingga dapat menambah dan
merubah pengetahuan, sikap, nilai dan tingkah laku menjadi manusia
(anak didik) yang beriman dan berakhlaqul karimah;
b.    Mampu menyadarkan manusia (anak didik) sebagai hamba Allah.
Manusia sebagai makhluk yang berketuhanan, sikap dan watak
religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu
menjiwai dan mewarnai kehidupannya;
c.    Mampu membentuk manusia (anak didik) beriman yang meyakini suatu
kebenaran dan berusaha mengimplementasikan ajaran Islam dalam
kehidupn sehari-sehari.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pengelola lembaga
pendidikan Islam untuk meningkatkan kualitasnya, yaitu:
a.    Profesionalisme Setiap lembaga pendidikan Islam tidak boleh lagi dikelola sekadarnya. Karena itu, semuanya harus berbenah secara serius menuju area professionalisme. Pendidikan Islam sangat butuh orang-orang yang dapat menahan diri untuk tidak membawa masalah luar ke dalam organisasi. Jangan lagi ada orang yang hanya menjadikan lembaga sebagai kendaraan ambisi pribadinya, mendapat kedudukan, kekayaan atau mendongkrak prestasi. Tentu saja semua tenaga professional diberi imbalan yang sesuai prestasi. Tentu saja semua tenaga professional itu diberi imbalan yang sesuai.
b.    Kemandirian, Ketergantungan yang besar terhadap pihak tertentu, terutama masalah finansial, membuat pendidikan Islam sulit berkembang. Apalagi jika harapan satu-satunya sumber finansial itu adalah siswa atau orang tua. Pengelola harus lebih kreatif dan gigih menyongsong kemandirian finansial. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menggali lebih serius potensi internal lembaga atau membangun kerjasama dengan berbagai pihak. Saat ini, sangat banyak lembaga pendidikan lain yang eksis “hanya” karena bisa bekerjasama dengan orang atau lembaga donor, nasional dan internasinal, tanpa mengorbankan jati diri mereka. Jangan alergi dulu dengan lembaga internasional, apalagi kalau alasan ini hanya untuk menutupi ketidakmampuan pengelolanya.
c.    Menggairahkan ke-Islaman Tidak dapat dipungkiri bahwa sepinya peminat pendidikan Islam karena adanya anggapan, yang banyak benarnya, bahwa pendidikan Islam hanya berorientasi akhirat. Mereka memburu pendidikan umum karena butuh ilmu untuk sukses dalam kehidupan di dunia, atau dunia akhirat. Para pelajar dan orang tua lebih berminat memasuki program studi umum karena dianggap lebih menjamin masa depan. Trend ini harus dihadapi dengan menggairahkan studi Islam. Materi pembelajaran tidak boleh lagi dibiarkan terus-menerus menjauh dari realitas dunia, tapi harus ada upaya “pembumian”. Orang yang mendalami ilmu-ilmu Islam tidak boleh lagi merasa di awang-awang, tapi menginjak bumi karena  hasil studinya akan dapat dinikmati dalam kehidupan dunia dan akhirat.[6]

2. Fungsi Kepemimpinan dalam Memajukan Pendidikan Islam
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu didalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi. Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan suatu hal atau kerja suatu bagian tubuh.
Menurut Wahjosumidjo menyatakan bahwa "fungsi kepemimpinan adalah memudahkan pencapaian tujuan secara koperatif diantara para pengikut dan para saat yang sama menyediakan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka"[7]
Fungsi kepemimpinan merupakan hal yang utama diprioritaskan dalam kepemimpinan. Suatu yang harus diwujudkan dalam kelompok baik pimpinan maupun bawahan untuk bekerja sama dan saling memberi dukungan agar tugas-tugas pokok terealisasikan dengan baik.

3.   Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan Islam
Kepala madrasah harus mempunyai beberapa keterampilan yang perlu diterapkan dalam kegiatan kepemimpinannya untuk mendukung keberhasilan dalam suatu lembaga yang dipimpinnya
Pidarta dalam E. Mulyasa mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala madrasah untuk menyukseskan kepemimpinanny. Ketiga keterampilan tersebut adalah :
a. Keterampilan Konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan mengoprasikan organisasi.
b.      Keterampilan Manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerja sama, memotivasi dan memipin.
c.       Keterampilan Teknik ialah keterampilan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk meyelesaikan tugas tertentu.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan, terutama keterampilan konsep, para kepala madrasah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a.     Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari kerja para guru dan pegawai madrasah lainnya.
b.    Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana.
c.     Membaca sebagai hal yang berkaitan dngan kegiatan-ketiatan yang sedang dilaksanakan.
d.    Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain.
e.     Berpikir untuk masa yan gakan datang.
f.     Merumuskan ide-ide yang dapat diuji cobakan.[8]
Dalam kepemipinan kepala madrasah harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi yang ada. Selain itu pemimpin harus mempunyai syarat-syarat yang mendukung, serta keterampilan-keterampilan yang sesuai untuk dijadikan panutan bagi bawahannya. Sehingga dapat menerapkan fungsi dan mencapai tujuan yang diharapkan.

4.   Peran Kepala Marasah
4.a. Kepala Madrasah Sebagai Manager
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota sependayagunanaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut:
1)   Proses adalah suatu cara yang sistematis dalam mengerjakan sesuatu.
2)   Sumber daya suatu sekolah
3)   Mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan
Peran kepala madarasah sebagai manager sangat memerlukan ketiga macam keterampilan
1)      Tecnikal skills. Menguasai pengetahuan tentang metode proses prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus. Kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayaguakan sarana peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut.
2)      Human skills. Kemampuan untuk memahami prilaku manusia dan proses kerja sama. Kemampuan untuk memahami isi hati sikap dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berprilaku. Kemampuan untuk berkomonikasi secara jelas dan efektif. Kemampuan untuk menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif praktis dan diplomatis.
3)      Conceptual skills. Kemampuan analisis. Kemampuan berfikir rasional. Ahli dan cakap dalam berbagai macam konsepsi.[9]

4.b. Kepala Madrasah Sebagai Pemimpin
 Kepala madrasah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah atau madrasah. Bekembangnya semangat kerja, kerja yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang sangat menyenangkan dan perkembangan mutu profesionalisme di antara guru banyak ditemukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Sebagai peimpin penddikan kepala madrasah harus mampu menolong stafnya untuk memahami tujuan bersama yang akan di capai. Ia harus memberikan kesempatan kepada stafnya untuk saling tukar pendapat dan gagasan sebelum menetapkan tujuan.[10]
Sehubungan dengan hal tersebut, kepemimpinan kepala madrasah yang efektif dalam dapat dilihat berdarkan kriteria berikut:
1)        Mampu memberdayagunakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajran dengan baik lancar dan produktif
2)        Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
3)        Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
4)        Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai sekolah.
5)        Bekerja dengan tim manajemen.
6)        Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.[11]

4.c. Kepala Madrasah Sebagai Administrasi
Kepala madrasah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat sekali dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokomumenan seluruh program kerja madrasah. Secara spesifikasi, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurukulum, mengelola administrasi sarana prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilaksanakn secara afektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas madrasah.[12]
Tugas kepala madrasah dalam bidang administrasi. Tugas ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan menyediakan, mengatur, memelihara dan melengkapi fasilitas material dan tenaga-tenaga personil sekolah. Tugas kepala madrasah dalam bidang administrasi antara lain: pengelolaan pengajaran, pengelolaan kepegawaian, pengelolaan gedung dan halaman, pengelolaan keuangan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, dan pengelolaan kesiswaan.
4.d. Kepala Madrasah Sebagai Supervisior
 Super visi adalah aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Melihat  definisi tersebut kepala madrasah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai meneliti, mencari, menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan madrasah sehingga tujuan pendidikan disekolah dapat tercapai.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa fungsi dan atau tugas supervisi ialah sebagai berikut:
1)   Menjalankan aktivitas untuk mengetahui situasi administrasi pendidikan, sebagai kegiatan pendidikan disekolah dalam segala bidang.
2)   Menentukan syarat-syarat yang diperlukan untuk menciptakan situasi pendidikan di sekolah.
3)   Menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk menghilangkan hambatan-hambatan.
4)   Atau dengan singkat bahwa fungsi utama dari supervisor adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran.
4.e. Kepala Madrasah Sebagai Pendidik
Pendidik adalah orang yang mendidik, sedangkan mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan)  mengenai akhak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses perubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Betapa berat dan mulia peranan seorang kepala sekolah sebagai pendidik apabila dikaitkan denga berbagai sumber di atas. Sebagai seorang pendidik dia harus mampu mananamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak empat macam nilai, yaitu:
1)   Mental, hal-ha yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia.
2)   Moral, hal-hal yang berkaitan dengan baik buruk mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai ahklak, budi pekerti dan kesusilaan.
3)   Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah.
4)   Artistik, hal-hal yang berkitan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan.

4.f. Kepala Madrasah Sebagai Staf
Sebagai bawahan, seorang kepala madarasah juga melakukan tugas-tugas staf artinya seseorang yang bertugas membantu atasan dalam roses pengelolaan organisasi.
Agar tugas-tugas kepala sekolah sebagai staf dalam mebantu atasan, dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka kepala madrasah selalu:
1)   Melihat memperhatikan dan mencari cara-cara baru untuk maju
2)   Memberikan informasi yang diperlukan tentang sebab-sebab dan akibat-akibat suatu tindakan
3)   Memiliki perasaan prioritas, cara berfikir tepat waktu, strategi, perspektif dan pertimbangan-pertimbangan yang lain.
4)   Menyadari kedudukan sebagai pemikir (brain trus) atau otak (brain power), dari pemimpin bukan sebagai pengambil keputusan dan pemberi perintah.

5.   Pendekatan Kepala Sekolah Dalam Meningkatakan Kualitas Pendidikan Agama Islam
Dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam, kepala madrasah harus melalui beberapa tahap yang oleh para ahli disimpulkan menjadi tiga pendekatan yaitu :
a. Pendekatan Menurut Pengaruh Kewibawaan
Menurut pendekatan ini, dikatakan bahwa keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin mengemukakan kewibawaan tersebut kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan sifat timbal balik, proses saling mempengaruhi dan pentingnya pertukaran hubungan kerjasama antara para pemimpin dengan bawahan.
b. Pendekatan Sifat
Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin. Keberhasilan pemimpin ditandai dengan daya kecakapan luar biasa yang dimiliki pemimpin seperti :
1)   Tidak kenal lelah atau penuh energi
2)   Instuisi yang tajam
3)   Tinjauan ke masa depan yang tidak sempit
4)   Kecakapan meyakinkan yang sangat menarik
c. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati atau yang dilakukan oleh para pemimpin dari sifat-sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya. Oleh sebab itu pendekatan ini mempergunakan acuan pribadi dan kewibawaan.
d. Pendekatan kontingensi atau situasional
Pendekatan kontingensi menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman prilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situsional.
Dalam kaitannya dengan peranan gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam, perlu dipahami bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi bawahannya, dan dia sendiri harus dapat melaksanakannya. Pemimpin juga harus memberi contoh yang baik bagi bawahannya, terutama bagi para pengajar, pegawai, peserta didik, dan dia sendiri harus berbuat baik, sabar, dan penuh pengertian. Fungsi pemimpin hendaknya diartikan seperti moto Ki Hajar Dewantoro "Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" yang artinya (didepan menjadi teladan, ditengah membina kemauan, dibelakang menjadi pendorong atau pemberi daya.)



6. Upaya-upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Masyarakat senantiasa mendambakan suatu lemabaga pendidikan yang berkualitas. Tantangan-tantangan pengembangan lembaga yang senakin kompleks membutuhkan jawaban komprehensif sesuai dengan kebutuhan.[13] Untuk dapat menjawab tantangan dan mampu merespon kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi diperlukan perombakan sistem yang mendasar dalam suatu lembaga pendidikan, yaitu diperlukan suatu perencanaan terpadu dan menyeluruh untuk mengadaptasikan tujuan lembaga dengan kebutuhan masyarakat. Dan ini diperlukan keterpaduan dan kejelasan antara cita-cita dan operasi, pemberdayaan dan reorientasi sistem, inovasi dalam manajemen serta peningkatan sumber daya manusia.[14]
Adapun hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan antara lain:
6.a. Peningkatan Profesionalisme Guru
Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pendidikan agama, perlu ditingkatkan melalui cara-cara antara lain:
1) Mengikuti Penataran
Menurut para ahli:
“Penataran adalah semua usaha pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru dan pegawai guna menyelaraskan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidangnya masing-masing.”[15]
Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri ditujukan untuk:
a) Mempertinggi mutu petugas dalam bidang profesinya masing-masing.
b) Meningkatkan efisiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal
c) Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan kesejahteraan.[16]
2) Mengikuti Kursus-kursus Kependidikan
Hal ini untuk menambah wawasan terutama guru agama. Adapun kursus-kursus biasanya meliputi pendidikan bahasa (Arab dan Inggris), komputer dan lain sebagainya.
3) Memperbanyak Membaca
Menjadi guru yang profesional tidak hanya menguasai atau berpedoman hanya pada satu atau beberapa buku. Akan tetapi, sebagai guru pofesional harus banyak membaca berbagai macam buku untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan.
4) Mengadakan Kunjungan ke Sekolah lain
Adalah hal yang sangat penting bagi seorang guru mengadakan kunjungan ke sekolah lain. Dalam hal ini bias dilakukan dengan melakukan studi banding, bertukar pikiran dan bertukar informasi sehingga akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang dimilikinya.
6.b. Peningkatan Materi
Adapun usaha-usaha yang mungkin dilakukan adalah :
1) Menambah Jam Pelajaran
Penambahan jam ini dimaksudkan, pertama: agar materi yang disampaikan dapat terpenuhi, kedua: guru memiliki waktu yang cukup sehingga dapat menerangkan materi yang ada secara jelas dan gamblang.
2) Pengorganisasian Materi
Banyaknya materi yang akan disampaikan kepada peserta didik, maka diperlukan adanya pengorganisasian materi. Sehingga materi tersebut akan tersampaikan seluruhnya.
3) Menyesuaikan tingkat materi pendidikan dengan kemampuan siswa serta waktu yang tersedia.
Hal ini dilakukan karena materi pendidikan bukan merupakan bahan jadi yang tinggal diberikan kepada siswanya, tetapi perlu pengolahan yang sedemikian rupa sehingga mempermudah siswa untuk menerimanya.
6.c. Peningkatan Pemakaian Metode
Pemakaian metode ini hendaknya bervariasi sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sehingga siswa tidak akan pernah merasa bosan. Untuk itulah dalam menyampaikan metode, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Selalu berorientasi pada tujuan.
2) Tidak hanya terikat pada satu alternatif saja.
3) Sering mengkombinasikan berbagai metode.
4) Sering berganti-ganti dari satu metode ke metode lainnya.[17]
6.d. Peningkatan Sarana
Dalam upaya peningkatan sarana tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan.
2) Mengerti penggunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi belajar mengajar.
3) Pembuatan alat-alat media harus mudah dan sederhana.
4) Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang diajarkan.[18]
6.e. Membangkitkan Motivasi Belajar
Motivasi adalah sebagai pendorong bagi siswa dalam menumbuhkan dan menggerakkan bakat mereka secara integral dalam dunia belajar.
Dalam hal ini guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar murid-murid giat dalam belajar. Adapun motivasi yang dapat diberikan kepada siswa, antara lain :
1) Pemberian hadiah
2) Mengadakan persaingan atau kompetisi
3) Selalu mengadakan appersepsi dan evaluasi
4) Memberikan tugas sesuai dengan kemampuan
5) Pemberian pujian
6) Pemberian minat belajar
7) Pemberian hukuman
8) Adanya suasana belajar yang menyenangkan.[19]








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.      Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.
fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. Fungsi Pengembangan, Fungsi Penanaman nilai, Fungsi Penyesuaian mental, Fungsi Perbaikan, Fungsi Pencegahan, Fungsi Pengajaran , Fungsi Penyaluran.
Adapun kriteria pendidikan Agama Islam yang berkualitas adalah Mampu memberi pengaruh yang positif sehingga dapat menambah dan
merubah pengetahuan, sikap, nilai dan tingkah laku menjadi manusia
(anak didik) yang beriman dan berakhlaqul karimah

2.    Menurut Wahjosumidjo menyatakan bahwa "fungsi kepemimpinan adalah memudahkan pencapaian tujuan secara koperatif diantara para pengikut dan para saat yang sama menyediakan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka

3.      Peran Kepala Marasah
a.    Kepala Madrasah Sebagai Manager        
b. Kepala Madrasah Sebagai Pemimpin
c. Kepala Madrasah Sebagai Administrasi
d. Kepala Madrasah Sebagai Supervisior
e. Kepala Madrasah Sebagai Pendidik
f. Kepala Madrasah Sebagai Staf
4.      Upaya-upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan
a.       Peningkatan Profesionalisme Guru
b.      Peningkatan Materi
c.       Peningkatan Pemakaian Metode
d.      Peningkatan Sarana
e.        Membangkitkan Motivasi Belajar



REFERENSI
Arifin. 2003. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdsarkan pendekatan  Interdisipliner Jakarta: PT Bumi Aksara
Djumhur, I., et.al. 1975. Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu.
Fajar A. Malik, 1998. Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta:LP3NI.
lazaruth Soewarji, 1992.  Kepala Sekolah dan tanggung  Jawabnya,  Yogyakarta: PT. Kanus,
Mujib ,Abdul & Jusuf Mudzakkir, 2006.  Ilmu pendidikan Islam Jakarta: Kencana  Prenada Media
Mas’ud, Abdurrahman, 2001., Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta :Pustaka Pelajar Offset.
Mulyasa Eco, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung:PT. Remaja  Rosdakarya
NK, Roestiyah. 1982. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: PT. Bina Aksara
Nata ,Abuddin. 2009. Ilmu Pendidikan Islam  dengan pendekatan multidisipliner Jakarta: PT  Raja Grafindo Persada.
Sagala Syaiful, 2005.  Administrasi Pendidikan Kontemporer Bandung: Allfa Beta.
Team Didaktik Metodik IKIP Surabaya. 1989. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM. Jakarta: CV Rajawali.
Wahyosumidjo, 2002.  Kepemimpinan  Kepala Sekolah, Jakarta: Grafindo Persada.




[1]  Abdul Rachman Shaleh,  pendidikan agama & pembangunan watak bangsa (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 2005)  Hal 6
[2] Prod. Dr.H. Abuddin Nata,M.A Ilmu Pendidikan Islam  dengan pendekatan multidisipliner (Jakarta: PT  Raja Grafindo Persada 2009) Hal 21-22
[3] Prof.H.M Arifin,M.Ed. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdsarkan pendekatan Interdisipliner (Jakarta: PT Bumi Aksara 2003) hal 28
[4] DR. Abdul Mujib, M.Ag & Dr. Jusuf Mudzakkir,M.Si.  Ilmu pendidikan Islam (Jakarta: Kencana  Prenada Media 2006)Hal 68
[7]Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Allfa Beta, 2005), hlm. 150
[8]E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Madarasah (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm 126
[9] Wahyosumidjo,  Kepemimpinan  Kepala Sekolah, (Jakarta: Grafindo Persada 2002), Hal 84-101
[10] Soewarji lazaruth, Kepala Sekolah dan tanggung  Jawabnya,  (Yogyakarta: PT. Kanus, 1992) hal 60
[11] Eco Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung:PT. Remaja  Rosdakarya, 2003), hal. 23
[12] E. Mulyasa,  menjadi Kepala Seolah Yang Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hal, 110
[13]A. Malik Fajar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, LP3NI, Jakarta, 1998, 37-45.
[14] Abdurrahman Mas’ud, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2001, 110-120.
15 I. Djumhur, et.al., Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, CV Ilmu, Bandung, 1975, 115
.

[16] Ibid., 115.
[17] Roestiyah NK, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta, 1982, 63.

[18] Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Rajawali, Jakarta, 1989, 39.
[19] S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jemmars, Bandung, 1986, 81.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More