BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Makalah ini ditulis oleh Uhan Noor Ayyubi
dan Syaukirrahman, mahasiswa semester 6 jurusan pendidikan agama islam fakultas
tarbiyah universitas islam negeri maulanan malik Ibrahim malang. Penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas tengah semester (UTS) mata kuliah
kepemimpinan dalam pendidikan islam yang diampu oleh Bapak mujtahid.
Sesuai dengan judul pada cover, maka makalah
ini akan menjelaskan tentang kepemimpinan kunci kesuksesan dalam memajukan
pendidikan islam. Dalam kata lain, kepemimpinan yang bagaimanakah, dan oleh
siapakah yang nantinya bisa memajukan pendidikan islam di negeri ini. Seperti
kita ketahui bersama, pendidikan di negeri kita terkesan dengan carut marut
pelaksanaan teknisnya serta kurikulum yang menaunginya. Belum ada aturan yang
pas yang mampu mengakomodasi serta mewadahi keinginan dari pelaku pendidikan.
Terbukti dengan sudah berapa banyak pergantian kurikulum di negeri ini, belum
lagi akhir-akhir ini kurikulum berbasis karakter yang belum seluruhnya tahu dan
paham maksud dan tujuannya, kini akan diganti lagi dengan kurikulum 2013. Yang
menjadi pertanyaan kemudian adalah, siapa yang salah, apakah kesemuanya
kurikulum itu salah?, atau manusia pelaksana kurikulum itu yang salah?
Oleh karena itu, kepemimpinan yang produktif
serta berkarakter penulis tawarkan untuk memajukan pendidikan islam di negeri
ini. Dengan adanya sentuhan nafas islam maka kepemimpinan itu akan sejalan
dengan hati nurani serta apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT yang kemudian
dapat mengakomodir seluruh insan pendidikan di negeri ini.
Urgensi judul ini adalah selain sebagai
bahan penambah pengetahuan penulis serta pembaca, juga sebagai bahan diskusian
yang nantinya dapat didiskusikan bersama antar mahasiswa khususnya yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan. Serta dapat dijadikan salah satu referensi
dalam mecari hakikat pendidikan di negeri kita.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah Pendidikan Agama Islam itu?
2. Apa fungsi kepemimpinan dalam memajukan pendidikan Islam itu?
3. Bagaimana peran Kepala Sekolah dalam memajukan
pendidikan islam itu?
4. Apa saja upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan islam itu?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Mengetahui seluk beluk mengenai pendidikan
agama Islam.
2. Mengetahui fungsi kepemimpinan dalam memajukan
pendidikan Islam.
3. Mengetahui peran Kepala Sekolah dalam memajukan
pendidikan islam.
4. Mengetahui upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Peningkatan Kualitas
Pendidikan Agama Islam
1.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Prof. Dr. Zakiah derajat menjelaskan pengertian pedidikan
agama Islam sebagai berikut;
1)
Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikanya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikanya sebagai pandangan hidup ( way of life).
2)
Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
ajaran Islam.
3)
Pendidikan agama Islam
adalah pendidikan melaluai ajaran- ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan asuhan
terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
memahami, menghayati dan mengamalkanajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaan agama Islam itu sebagai
suatu pandangan hidupnya demi keselamaan hidup di dunia maupun di akhirat
nanti.[1]
Menurut Abdul Majid menyatakan "Pendidikan Agama Islam
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antara
umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa".
Dapat disimpulkan dari beberapa teori diatas, bahwa Pendidikan Agama Islam
merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah disiapkan, dan menghasilkan out put sumber
daya manusia yang handal berpengetahuan dan jauh dari kebodohan.
1.2. Tujuan Dan
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang
mulia untuk kemaslahatan kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat, semua itu untuk mencetak insan yang kamil
dalam kehidupan. Manusia tidak hanya berpengetahuan
saja tetapi juga dapat mengapliksikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Abuddin Nata tujuan pendidikan Islam dapat
dikemukakan sebagai berikut ini;
1.
Melakukan pembuktian
terhadap teori-teori kependidikan Islam yang merangkum aspirasi atau cita-cita
Islam yang harus diihktiarkan agar menjadi kenyataan.
2.
Memberikan bahan-bahan
informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam. Ia
memberikan bahan masukan kepada ilmu ini.
3.
Menjadi korektor terhadap
kekurangan teori-teori yang dipegangi oleh ilmu pendidikan Islam sehingga
kemungkinan pertemuan antara teori dan praktek semakin dekat dan hubungan
antara keduanya bersifat interaktif (saling mempengaruhi).[2]
Sedangkan Prof.H.M Arifin,M.Ed. menyebutkan bahwa tujuan
akhir pendidikan agama Islam itu pada hakikatnya adalah realisasi dari
cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia
di dunia dan akhirat. [3]
Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan,
maka ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara lain:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan
lingkungannya.
1.3. Fungsi Pendidikan Islam
Menurut DR. Abdul Mujib, M.Ag & Dr. Jusuf
Mudzakkir,M.Si. fungsi pendidikan Islam
adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas
pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. [4]
Kurikulum pendidikan agama
Islam untuk sekolah / madrasah mempunyai beberapa fungsi. Fungsi tersebut
adalah garis-garis besar penjabaran dari fungsi pendidikan agama Islam.
Adapun fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Fungsi Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama – tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah
berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2.
Fungsi Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3.
Fungsi Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4.
Fungsi Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan
sehari-hari.
5.
Fungsi Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif
dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.
6.
Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan
secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
7.
Fungsi Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang
memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain.[5]
1.4. Kualitas Pendidikan Agama Islam
Masa depan umat
manusia di abad 21 sangat ditentukan seberapa jauh manusia yang dapat merubah
tantangan menjadi peluang dan dapat mengisi peluang secara produktif. Sementara
faktor kepribadian atau moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik
dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa depan membutuhkan manusia-manusia
kreatif, inovatif, dinamis, bermoral baik dan mampu berkomunikasi.
Para orang
tua murid selain menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang berguna bagi diri
sendiri, Negara dan bangsa tetapi juga menjadi anak yang berakhlak mulia dan
berjiwa Islami. Hal ini mereka pertaruhkan harapannya pada lembaga-lembaga pendidikan
Islam yang berkualitas. Adapun kriteria pendidikan Agama Islam yang berkualitas
adalah sebagai berikut:
a.
Mampu memberi pengaruh yang positif
sehingga dapat menambah dan
merubah pengetahuan, sikap, nilai dan tingkah laku menjadi manusia
(anak didik) yang beriman dan berakhlaqul karimah;
merubah pengetahuan, sikap, nilai dan tingkah laku menjadi manusia
(anak didik) yang beriman dan berakhlaqul karimah;
b.
Mampu menyadarkan manusia (anak didik)
sebagai hamba Allah.
Manusia sebagai makhluk yang berketuhanan, sikap dan watak
religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu
menjiwai dan mewarnai kehidupannya;
Manusia sebagai makhluk yang berketuhanan, sikap dan watak
religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu
menjiwai dan mewarnai kehidupannya;
c.
Mampu membentuk manusia (anak didik)
beriman yang meyakini suatu
kebenaran dan berusaha mengimplementasikan ajaran Islam dalam
kehidupn sehari-sehari.
kebenaran dan berusaha mengimplementasikan ajaran Islam dalam
kehidupn sehari-sehari.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pengelola lembaga
pendidikan Islam untuk meningkatkan kualitasnya, yaitu:
pendidikan Islam untuk meningkatkan kualitasnya, yaitu:
a.
Profesionalisme Setiap lembaga pendidikan Islam tidak
boleh lagi dikelola sekadarnya.
Karena itu, semuanya harus berbenah secara serius menuju area professionalisme. Pendidikan Islam
sangat butuh orang-orang yang dapat menahan diri untuk tidak membawa masalah
luar ke dalam organisasi.
Jangan lagi ada orang yang hanya menjadikan lembaga sebagai kendaraan ambisi pribadinya,
mendapat kedudukan, kekayaan atau
mendongkrak prestasi. Tentu saja semua tenaga professional diberi imbalan yang sesuai prestasi. Tentu saja
semua tenaga professional itu diberi
imbalan yang sesuai.
b.
Kemandirian, Ketergantungan yang besar terhadap pihak
tertentu, terutama masalah finansial, membuat pendidikan Islam sulit
berkembang. Apalagi jika harapan satu-satunya sumber finansial itu adalah siswa
atau orang tua. Pengelola harus lebih kreatif dan gigih menyongsong kemandirian finansial. Hal tersebut bisa dilakukan
dengan menggali lebih serius
potensi internal lembaga atau membangun kerjasama dengan berbagai pihak. Saat ini, sangat banyak
lembaga pendidikan lain yang eksis
“hanya” karena bisa bekerjasama dengan orang atau lembaga donor, nasional dan internasinal, tanpa mengorbankan
jati diri mereka. Jangan alergi dulu
dengan lembaga internasional, apalagi kalau alasan ini hanya untuk menutupi ketidakmampuan
pengelolanya.
c.
Menggairahkan ke-Islaman Tidak dapat dipungkiri bahwa
sepinya peminat pendidikan Islam karena adanya anggapan, yang banyak benarnya,
bahwa pendidikan Islam hanya berorientasi akhirat. Mereka memburu pendidikan
umum karena butuh ilmu untuk sukses dalam kehidupan di dunia, atau dunia
akhirat. Para pelajar dan orang tua lebih berminat memasuki program studi umum
karena dianggap lebih menjamin masa depan. Trend ini harus dihadapi dengan menggairahkan studi Islam. Materi
pembelajaran tidak boleh lagi dibiarkan
terus-menerus menjauh dari realitas dunia, tapi harus ada upaya “pembumian”. Orang yang mendalami
ilmu-ilmu Islam tidak boleh lagi merasa di awang-awang, tapi menginjak bumi
karena hasil studinya akan dapat dinikmati dalam kehidupan dunia dan
akhirat.[6]
2. Fungsi Kepemimpinan dalam Memajukan Pendidikan Islam
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi
sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan di luar situasi
itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam
interaksi antar individu didalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.
Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan suatu hal atau
kerja suatu bagian tubuh.
Menurut Wahjosumidjo menyatakan bahwa "fungsi kepemimpinan
adalah memudahkan pencapaian tujuan secara koperatif diantara para pengikut dan
para saat yang sama menyediakan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan
pribadi mereka"[7]
Fungsi kepemimpinan merupakan hal yang utama
diprioritaskan dalam kepemimpinan. Suatu yang harus diwujudkan dalam kelompok
baik pimpinan maupun bawahan untuk bekerja sama dan saling memberi dukungan
agar tugas-tugas pokok terealisasikan dengan baik.
3. Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan Islam
Kepala madrasah harus mempunyai beberapa keterampilan
yang perlu diterapkan dalam kegiatan kepemimpinannya untuk mendukung
keberhasilan dalam suatu lembaga yang dipimpinnya
Pidarta dalam E. Mulyasa mengemukakan tiga macam
keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala madrasah untuk menyukseskan kepemimpinanny.
Ketiga keterampilan tersebut adalah :
a. Keterampilan Konseptual,
yaitu keterampilan untuk memahami dan mengoprasikan organisasi.
b.
Keterampilan Manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerja sama, memotivasi dan
memipin.
c.
Keterampilan Teknik ialah keterampilan menggunakan pengetahuan, metode,
teknik, serta perlengkapan untuk meyelesaikan tugas tertentu.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan,
terutama keterampilan konsep, para kepala madrasah diharapkan melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a.
Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama
dari kerja para guru dan pegawai madrasah lainnya.
b. Melakukan observasi
kegiatan manajemen secara terencana.
c. Membaca sebagai hal yang
berkaitan dngan kegiatan-ketiatan yang sedang dilaksanakan.
d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain.
e. Berpikir untuk masa yan
gakan datang.
Dalam kepemipinan kepala madrasah harus dapat menerapkan
gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi
yang ada. Selain itu pemimpin harus mempunyai syarat-syarat yang mendukung,
serta keterampilan-keterampilan yang sesuai untuk dijadikan panutan bagi
bawahannya. Sehingga dapat menerapkan fungsi dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
4. Peran Kepala Marasah
4.a. Kepala Madrasah Sebagai Manager
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota sependayagunanaan seluruh
sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada
tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut:
1)
Proses adalah suatu cara
yang sistematis dalam mengerjakan sesuatu.
2)
Sumber daya suatu sekolah
3)
Mencapai tujuan organisasi
yang telah di tetapkan
Peran kepala madarasah sebagai manager sangat memerlukan
ketiga macam keterampilan
1)
Tecnikal skills. Menguasai
pengetahuan tentang metode proses prosedur dan teknik untuk melaksanakan
kegiatan khusus. Kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayaguakan sarana
peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus
tersebut.
2)
Human skills. Kemampuan
untuk memahami prilaku manusia dan proses kerja sama. Kemampuan untuk memahami
isi hati sikap dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berprilaku.
Kemampuan untuk berkomonikasi secara jelas dan efektif. Kemampuan untuk
menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif praktis dan diplomatis.
3)
Conceptual skills.
Kemampuan analisis. Kemampuan berfikir rasional. Ahli dan cakap dalam berbagai
macam konsepsi.[9]
4.b. Kepala Madrasah Sebagai Pemimpin
Kepala madrasah
adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam
mengembangkan mutu pendidikan di sekolah atau madrasah. Bekembangnya semangat
kerja, kerja yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana
kerja yang sangat menyenangkan dan perkembangan mutu profesionalisme di antara
guru banyak ditemukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Sebagai
peimpin penddikan kepala madrasah harus mampu menolong stafnya untuk memahami
tujuan bersama yang akan di capai. Ia harus memberikan kesempatan kepada
stafnya untuk saling tukar pendapat dan gagasan sebelum menetapkan tujuan.[10]
Sehubungan dengan hal tersebut, kepemimpinan kepala madrasah yang
efektif dalam dapat dilihat berdarkan kriteria berikut:
1)
Mampu memberdayagunakan
guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajran dengan baik lancar dan
produktif
2)
Dapat menyelesaikan tugas
dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
3)
Mampu menjalin hubungan
yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif
dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
4)
Berhasil menerapkan
prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai
sekolah.
5)
Bekerja dengan tim
manajemen.
6)
Berhasil mewujudkan tujuan
sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.[11]
4.c. Kepala Madrasah Sebagai Administrasi
Kepala madrasah sebagai administrator memiliki hubungan
yang sangat erat sekali dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokomumenan seluruh program kerja
madrasah. Secara spesifikasi, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk
mengelola kurukulum, mengelola administrasi sarana prasarana, mengelola
administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut
perlu dilaksanakn secara afektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas
madrasah.[12]
Tugas kepala madrasah dalam bidang administrasi. Tugas
ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan menyediakan, mengatur, memelihara dan
melengkapi fasilitas material dan tenaga-tenaga personil sekolah. Tugas kepala
madrasah dalam bidang administrasi antara lain: pengelolaan pengajaran,
pengelolaan kepegawaian, pengelolaan gedung dan halaman, pengelolaan keuangan,
pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, dan pengelolaan kesiswaan.
4.d. Kepala Madrasah Sebagai Supervisior
Super visi adalah
aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan
menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Melihat definisi tersebut kepala madrasah sebagai
supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai meneliti, mencari, menentukan
syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan madrasah sehingga tujuan
pendidikan disekolah dapat tercapai.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa fungsi dan atau
tugas supervisi ialah sebagai berikut:
1)
Menjalankan aktivitas
untuk mengetahui situasi administrasi pendidikan, sebagai kegiatan pendidikan
disekolah dalam segala bidang.
2)
Menentukan syarat-syarat
yang diperlukan untuk menciptakan situasi pendidikan di sekolah.
3)
Menjalankan aktivitas
untuk mempertinggi hasil dan untuk menghilangkan hambatan-hambatan.
4)
Atau dengan singkat bahwa
fungsi utama dari supervisor adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran.
4.e. Kepala Madrasah
Sebagai Pendidik
Pendidik adalah orang yang mendidik, sedangkan mendidik
diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan
proses perubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Betapa berat dan mulia peranan seorang kepala sekolah
sebagai pendidik apabila dikaitkan denga berbagai sumber di atas. Sebagai
seorang pendidik dia harus mampu mananamkan, memajukan dan meningkatkan paling
tidak empat macam nilai, yaitu:
1)
Mental, hal-ha yang
berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia.
2)
Moral, hal-hal yang berkaitan
dengan baik buruk mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan
sebagai ahklak, budi pekerti dan kesusilaan.
3)
Fisik, hal-hal yang
berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia
secara lahiriah.
4)
Artistik, hal-hal yang
berkitan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan.
4.f. Kepala Madrasah Sebagai Staf
Sebagai bawahan, seorang kepala madarasah juga melakukan
tugas-tugas staf artinya seseorang yang bertugas membantu atasan dalam roses
pengelolaan organisasi.
Agar tugas-tugas kepala sekolah sebagai staf dalam
mebantu atasan, dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka kepala madrasah
selalu:
1)
Melihat memperhatikan dan
mencari cara-cara baru untuk maju
2)
Memberikan informasi yang
diperlukan tentang sebab-sebab dan akibat-akibat suatu tindakan
3)
Memiliki perasaan
prioritas, cara berfikir tepat waktu, strategi, perspektif dan
pertimbangan-pertimbangan yang lain.
4)
Menyadari kedudukan
sebagai pemikir (brain trus) atau otak (brain power), dari pemimpin bukan
sebagai pengambil keputusan dan pemberi perintah.
5. Pendekatan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatakan Kualitas Pendidikan Agama Islam
Dalam meningkatkan kualitas
pendidikan agama Islam, kepala madrasah harus melalui beberapa tahap yang oleh
para ahli disimpulkan menjadi tiga pendekatan yaitu :
a. Pendekatan Menurut
Pengaruh Kewibawaan
Menurut pendekatan ini, dikatakan bahwa keberhasilan pemimpin dipandang
dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin,
dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin mengemukakan kewibawaan tersebut
kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan sifat timbal balik, proses saling
mempengaruhi dan pentingnya pertukaran hubungan kerjasama antara para pemimpin
dengan bawahan.
b. Pendekatan Sifat
Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin.
Keberhasilan pemimpin ditandai dengan daya kecakapan luar biasa yang dimiliki
pemimpin seperti :
1)
Tidak kenal lelah atau penuh energi
2)
Instuisi yang tajam
3)
Tinjauan
ke masa depan yang tidak sempit
4)
Kecakapan meyakinkan yang sangat menarik
c. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku menekankan pentingnya perilaku yang
dapat diamati atau yang dilakukan oleh para pemimpin dari sifat-sifat pribadi
atau sumber kewibawaan yang dimilikinya. Oleh sebab itu pendekatan ini
mempergunakan acuan pribadi dan kewibawaan.
d. Pendekatan kontingensi atau situasional
Pendekatan kontingensi menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin
dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan
ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman prilaku yang
bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat
kepribadian dan situsional.
Dalam kaitannya dengan peranan gaya kepemimpinan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam, perlu dipahami bahwa setiap
pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi bawahannya, dan dia sendiri harus dapat
melaksanakannya. Pemimpin juga harus memberi contoh yang baik bagi bawahannya,
terutama bagi para pengajar, pegawai, peserta didik, dan dia sendiri harus
berbuat baik, sabar, dan penuh pengertian. Fungsi pemimpin hendaknya diartikan
seperti moto Ki Hajar Dewantoro "Ing ngarso sung tulada, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani" yang artinya (didepan menjadi
teladan, ditengah membina kemauan, dibelakang menjadi pendorong atau pemberi
daya.)
6. Upaya-upaya
Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Masyarakat senantiasa
mendambakan suatu lemabaga pendidikan yang berkualitas. Tantangan-tantangan
pengembangan lembaga yang senakin kompleks membutuhkan jawaban komprehensif
sesuai dengan kebutuhan.[13]
Untuk dapat menjawab tantangan dan mampu merespon kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi diperlukan perombakan sistem yang mendasar dalam suatu lembaga
pendidikan, yaitu diperlukan suatu perencanaan terpadu dan menyeluruh untuk
mengadaptasikan tujuan lembaga dengan kebutuhan masyarakat. Dan ini diperlukan
keterpaduan dan kejelasan antara cita-cita dan operasi, pemberdayaan dan
reorientasi sistem, inovasi dalam manajemen serta peningkatan sumber daya
manusia.[14]
Adapun hal-hal yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain:
6.a. Peningkatan Profesionalisme Guru
Untuk meningkatkan
profesionalisme guru dalam pendidikan agama, perlu ditingkatkan melalui
cara-cara antara lain:
1) Mengikuti
Penataran
Menurut para ahli:
“Penataran adalah semua usaha
pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru dan pegawai guna
menyelaraskan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidangnya masing-masing.”[15]
Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri
ditujukan untuk:
a) Mempertinggi mutu petugas dalam bidang profesinya
masing-masing.
b) Meningkatkan efisiensi kerja menuju
arah tercapainya hasil yang optimal
2) Mengikuti
Kursus-kursus Kependidikan
Hal ini untuk
menambah wawasan terutama guru agama. Adapun kursus-kursus biasanya
meliputi pendidikan bahasa (Arab dan Inggris), komputer dan lain sebagainya.
3) Memperbanyak
Membaca
Menjadi guru yang
profesional tidak hanya menguasai atau berpedoman hanya pada satu atau beberapa
buku. Akan tetapi, sebagai guru pofesional harus banyak membaca berbagai macam
buku untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan.
4) Mengadakan Kunjungan ke Sekolah lain
Adalah hal yang sangat penting
bagi seorang guru mengadakan kunjungan ke sekolah lain. Dalam hal ini bias
dilakukan dengan melakukan studi banding, bertukar pikiran dan bertukar
informasi sehingga akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang dimilikinya.
6.b. Peningkatan Materi
Adapun usaha-usaha yang mungkin
dilakukan adalah :
1) Menambah Jam Pelajaran
Penambahan jam ini
dimaksudkan, pertama: agar materi yang disampaikan dapat terpenuhi, kedua: guru
memiliki waktu yang cukup sehingga dapat menerangkan materi yang ada secara
jelas dan gamblang.
2) Pengorganisasian
Materi
Banyaknya materi yang akan
disampaikan kepada peserta didik, maka diperlukan adanya pengorganisasian
materi. Sehingga materi tersebut akan tersampaikan seluruhnya.
3) Menyesuaikan
tingkat materi pendidikan dengan kemampuan siswa serta waktu yang tersedia.
Hal ini dilakukan karena
materi pendidikan bukan merupakan bahan jadi yang tinggal diberikan kepada
siswanya, tetapi perlu pengolahan yang sedemikian rupa sehingga mempermudah
siswa untuk menerimanya.
6.c. Peningkatan Pemakaian Metode
Pemakaian metode ini hendaknya
bervariasi sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sehingga siswa tidak
akan pernah merasa bosan. Untuk itulah dalam menyampaikan metode, guru harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Selalu berorientasi pada tujuan.
2) Tidak hanya terikat pada satu alternatif saja.
3) Sering mengkombinasikan berbagai metode.
6.d. Peningkatan Sarana
Dalam upaya peningkatan sarana tersebut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau
kegunaan media pendidikan.
2) Mengerti penggunaan media pendidikan
secara tepat dalam interaksi belajar mengajar.
3) Pembuatan alat-alat media harus
mudah dan sederhana.
6.e. Membangkitkan Motivasi Belajar
Motivasi adalah sebagai
pendorong bagi siswa dalam menumbuhkan dan menggerakkan bakat mereka secara
integral dalam dunia belajar.
Dalam hal ini guru dapat
menggunakan bermacam-macam motivasi agar murid-murid giat dalam belajar. Adapun
motivasi yang dapat diberikan kepada siswa, antara lain :
1) Pemberian hadiah
2) Mengadakan persaingan atau kompetisi
3) Selalu mengadakan appersepsi dan evaluasi
4) Memberikan tugas sesuai dengan kemampuan
5) Pemberian pujian
6) Pemberian minat belajar
7) Pemberian hukuman
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.
Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
ajaran Islam.
fungsi pendidikan Islam
adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas
pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. Fungsi Pengembangan, Fungsi
Penanaman nilai, Fungsi Penyesuaian mental, Fungsi Perbaikan, Fungsi
Pencegahan, Fungsi Pengajaran , Fungsi
Penyaluran.
Adapun
kriteria pendidikan Agama Islam yang berkualitas adalah Mampu memberi pengaruh
yang positif sehingga dapat menambah dan
merubah pengetahuan, sikap, nilai dan tingkah laku menjadi manusia
(anak didik) yang beriman dan berakhlaqul karimah
merubah pengetahuan, sikap, nilai dan tingkah laku menjadi manusia
(anak didik) yang beriman dan berakhlaqul karimah
2.
Menurut Wahjosumidjo menyatakan
bahwa "fungsi kepemimpinan adalah memudahkan pencapaian tujuan secara
koperatif diantara para pengikut dan para saat yang sama menyediakan kesempatan
bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka
3.
Peran Kepala Marasah
a.
Kepala Madrasah Sebagai Manager
b. Kepala
Madrasah Sebagai Pemimpin
c. Kepala
Madrasah Sebagai Administrasi
d. Kepala
Madrasah Sebagai Supervisior
e. Kepala
Madrasah Sebagai Pendidik
f. Kepala
Madrasah Sebagai Staf
4. Upaya-upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan
a. Peningkatan Profesionalisme Guru
b. Peningkatan Materi
c. Peningkatan Pemakaian Metode
d. Peningkatan Sarana
e. Membangkitkan Motivasi Belajar
REFERENSI
Arifin. 2003. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis
Berdsarkan pendekatan Interdisipliner Jakarta: PT Bumi Aksara
Djumhur,
I., et.al. 1975. Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu.
Fajar A. Malik, 1998. Visi Pembaharuan Pendidikan
Islam, Jakarta:LP3NI.
lazaruth Soewarji, 1992. Kepala Sekolah dan tanggung Jawabnya, Yogyakarta:
PT. Kanus,
Mujib ,Abdul & Jusuf Mudzakkir, 2006. Ilmu
pendidikan Islam Jakarta: Kencana
Prenada Media
Mas’ud, Abdurrahman,
2001., Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta :Pustaka Pelajar Offset.
Mulyasa Eco, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya
NK, Roestiyah. 1982. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: PT.
Bina Aksara
Nata ,Abuddin. 2009. Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan multidisipliner Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sagala Syaiful,
2005. Administrasi Pendidikan
Kontemporer Bandung: Allfa Beta.
Team Didaktik Metodik IKIP Surabaya. 1989. Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM. Jakarta: CV Rajawali.
Wahyosumidjo, 2002. Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Jakarta: Grafindo Persada.
[1] Abdul Rachman Shaleh, pendidikan agama & pembangunan watak
bangsa (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 2005) Hal 6
[2] Prod. Dr.H. Abuddin
Nata,M.A Ilmu Pendidikan Islam dengan
pendekatan multidisipliner (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2009) Hal 21-22
[3] Prof.H.M Arifin,M.Ed. Ilmu
Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdsarkan pendekatan
Interdisipliner (Jakarta: PT Bumi Aksara 2003) hal 28
[4] DR. Abdul Mujib, M.Ag
& Dr. Jusuf Mudzakkir,M.Si. Ilmu
pendidikan Islam (Jakarta: Kencana
Prenada Media 2006)Hal 68
[7]Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan
Kontemporer (Bandung: Allfa Beta, 2005), hlm. 150
[8]E. Mulyasa, Manajemen Berbasis
Madarasah (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm 126
[12] E. Mulyasa, menjadi Kepala Seolah Yang Profesional, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hal, 110
[13]A. Malik Fajar, Visi
Pembaharuan Pendidikan Islam, LP3NI, Jakarta, 1998, 37-45.
[14] Abdurrahman Mas’ud,
et.al., Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta,
2001, 110-120.
15 I. Djumhur, et.al., Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah, CV Ilmu, Bandung, 1975, 115
[16] Ibid., 115.
[18] Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKP Surabaya, Pengantar Didaktik
Metodik Kurikulum PBM, Rajawali, Jakarta, 1989, 39.