Selasa, 06 Desember 2011

Sekolah dan Pendidikan Islam



Sekolah dan Pendidikan Islam
1. Tugas dan Perkembangan Sekolah
Islam mempunyai saham pertama dalam mengadakan pendidikan yang terarah dan bertujuan, yaitu ketika ad-Din menggariskan dua sendi asasi bagi kelangsungan pendidikan yang terarah. Kedua sendi itu ialah: (1) tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu beribadah kepada Allah swt semata, mengenal dan beriman kepada-Nya di dalam seluruh Agama swt. semata, mengenal dan beriman kepada-Nya di dalam seluruh Agama samawi; (2) kurikulum yang menggariskan materi berpikir dan bertingkah laku tertentu, yaitu taat kepada Rasul-Nya, dalam rangka upaya agar generasi berikutnya memelihara dan mengamalkan segala tuntutannya, kemudian mentransformasikannya kepada generasi penerus.

2. Sekolah pada masa Rasulullah saw
Sekolah ini mempunyai cabang yang disebut “sekolah malam”. Para pelajarnya adalah orang-orang pedesaan dan orang-orang fakir yang datang berlindung kepadanya dan tidur di sana. Mereka memadukan antara belajar keagamaan dan keduniawian. Sehingga jika telah mendapatkan keterampilan bekerja atau lapangan pekerjaan, mereka mencari rizki. Tetapi mereka tetap selalu datang ke sekolah mereka di waktu siang untuk menuntut ilmu dan melaksanakan ibadah.

Masjid terus menjalankan dua fungsi yaitu sebagai tempat ibadah dan pendidikan islam, tanpa ada pemisahan yang jelas antara keduanya. Pendidikan anak-anak menjadi suatu pekerjaan bebas yang memiliki system desentralisasi, yang dari waktu ke waktu tunduk pada kepada pengawasan Negara.


3. Sekolah Modern
a. Sebab-Sebab adanya Sekolah Modern
Adanya sekolah modern dengan bentuk seperti yang kita lihat disebabkan oleh perubahan system kehidupan politik. Negara memperhatikan segala urusan bangsa dan memandang dirinya bertanggung jawab atas masalah sandang panganya, sumber-sumber rizki, kekayaan, arah politik dan sebagainya.
Seluruh urusan ini dibangun berdasarkan pengajaran dan pendidikan. Pendidikan mengembangkan sumber daya manusia, menurut istilah mereka yang menyebabkan lahirnya segala macam kekayaan. Individu masyarakat dididk supaya cinta bekerja serta mengeksploitasi kekayaan bumi dan Negara, dengan metode yang efisien.
Kritik Terhadap Sebab-Sebab Ini dan Sikap Terhadapnya:
Bahwa kita gariskan tujuan asasi sekolah yaitu pemantapan pendidikan islam dengan segala asas dan tujuannya; sediakanlah untuknya guru-guru serta orang-orang bertanggung jawab yang percaya kepada tujuannya; dan berikan mereka kesempatan untuk melangkah di atas asas menuju terssebut, niscaya segala sesuatu dalam rangka upaya itu akan berjalan secara terpola, dan besarlah harapan kita dapat memetik hasil yang baik dari sekolah ini, baik dalam lapangan social, ekonomi dan sebagainya.
Tugas-Tugas Sekolah Modern



a.Tugas Membersihkan
Sebelum menyajikan aqidah dan ilmu kepada anak anak,terlebih dahulu hendaknya sekolah menyeleksi hakikat dari segala kotoran pandangan,kekeliruan agar aqidah anak anak tetap selamat,akal merekalurus dan pengetahuan mereka benar.
Upaya tersebut salah satu watak pendidikan islam dan sekaligus merupakan salah satu tujuan serta tugas yang paling pokok yang hendak dilealisir.Adapaun sebab sebabnya sebagai berikut ini:
a). Menurut pandangan islam,manusia dilahirkan dengan membawa fitrah yang tanpa noda.Tapi tertimpa kerusakan melalui masyarakat yang rusak.
b). Sebagai mana digambarkan oleh islam, jiwa manusia mempunyai kecenderungan untuk melakukan kejahatan atau kebaikan.
c). Allah menguji manusia dengan menghadapakannya kepada dua perkara: memilih jalan kebaikan atau menyimpang kepada berbagai godaan.
d). Dengan tegas islam menyeru supaya memelihara akidah, syariah, dan fitrah dari penyimpangan, serta menjauhi khurafat dan ta’wil yang batil tentang gejala-gejala alam.
e). Islam melarang melakukan dusta dan penyimpangan dalam menyebarluaskan berita, serta berbagai peristiwa histories.
Tugas pendidikan islam tidak cukup hanya mengajarkan pengetahuan kepada anak , sambil menyaring segala penyimpangan. Pendidikan bertugas pula mendidik anak agar tidak mudah menerima segala sesuatu tanpa menyakini kebenarannya terlebih dahulu.

Perluasan Cakrawala Anak dan Peningkatan Pengalamannya melalui Pewarisan Nilai
Tugas sekolah bukan sekedar mengembangkan pengalaman anak melalui interaksi dengan lingkungannya, tetapi hendaknya pula memperkenalkannya kepada sejarah umat manusia sepanjang masa. Inilah yang oleh para sarjana pendidikan disebut tugas pewarisan nilai dan didalam pendidikan islam mungkin disebut menghidupkan warisan nilai islam.
                              •             
Memelihara warisan pikiran dan kebudayaan merupakan perkara yang teramat penting, sebab upaya tersebut berarti meneruskan pengalaman yang luhur dari generasi kepada generasi berikutnya. Adapun yang disebut pengalaman itu berupa karya cipta, budaya, berbagai penemuan,dan pengkajian ilmiah hasil jerih payah angkatan dahulu. Akan tetapi warisan yang luhur ini tidak dapat disampaikan secara utuh kepada anak cucu, sebagian terpaksa tertahan atau dimodifikasi, karena mungkin ada beberapa aspek yang bertentangan dengan akidah ataupun telah tidak selaras dengan situasi zaman yang telah berubah sepanjang sejarah.
Tujuan pendidikan islam telah dijelaskan pasal terdahulu. Dengan berorentasi kepada tujuan pendidikan ini kita mungkin dapat merumuskan berbagai tujuan yang dibutuhkan dalam memelihara warisan, sebagai berikut:
a). Sebagian orang memelihara warisan pikiran karena fanatic terhadap leluhur mereka. Berdasarkan prinsip ini, telah dibangun suatu orientasi social politik yang dinamakan nasionalisme.


b). Sebagian orang tergesa-gesa menerima kebudayaan yang telah dicapai oleh kaum-kaum yang maju, hanya karena ingin mengejar penampilan kebudayaan yang spektakuler, ingin mendapatkan kesenangan hidup dan kebanggaan akan harta, istana, dan pakaian mewah dengan harapan dapat seperti mereka.


c). Apabila kebudayaan ditujukan untuk membangun dasar-dasar kekuatan dan kekokohan pemerintahan, demi menegakkan syiar-syiar islam dan melindunginya, maka ini termasuk salah satu maksud yang paling agung dan mulia.


d). menghidupkan akidah di dalam jiwa generasi-generasi, adalah tujuan tertinggi pendidikan islam. Pekerjaan ini lebih tinggi daripada sebagai ahli warisan. 


Rasulullah saw. Menggambarkan, bahwa ilmu dan syariat yang ditinggalkan para Nabi bagi orang-orang sesudah mereka adalah warisan yang mereka turunkan kepada umat. Dijelaskannya, bahwa Allah mengharamkan atas manusia menerima warisan harta benda dari para nabi. Sebab para nabi itu tidak diutus untuk mengumpulkan harta atau kekayaan. Tidak pula untuk mewariskan harta kepada keturunan mereka.


4. Tugas Mengadakan Kesatuan dan Keamanan Antara Anak-Anak
Sekarang ini sekolah-sekolah menghimpun ratusan pelajar dari lingkungan yang berbeda-beda latar belakang kehidupannya, bila ditinjau dari sudut miskian-kaya, dari sudut kehormatan dan status sosial, kemajuan dan keberadaan, keberagaman rasa tanggung jawab, dan rasa kehilangan eksistensinya. Jika kita meneliti sekumpulan sekolah di suatu wilayah atau kerajaan, niscaya kita akan mendapatkan perbedaan dalam adat dan konsep hidup yang dianut, serta dialek bahasa yang digunakan. Ini semua menampakkan perbedaan dalam sikap dan perilaku di antara para penduduk desa dan kota, antara yang berada di tepi pantai dengan yang ada di padang pasir, antara penghuni daerah pertanian, perindustrian, atau perdagangan.

Apa dampak dan sikap sekolah terhadap perbedaan-perbedaan ini?
Di antara para filosuf pendidikan modern ada yang berpendapat bahwa salah satu dampak langsung dari ko-eksistensi dan interaksi para pelajar dalam naungan satu sistem sekolah ialah bahwa mereka yang berasal dari berbagai lingkungan hidup itu dapat ditempa dan dipadukan pada satu kondisi dan iklim sekolah yang sama, yang mampu menyatukan hati dan jiwa antar sesama mereka, situasi sekolah yang mereka hayati itu dapat mempersatukan keanekaragaman corak individu dari berbagai lapisan dan lingkungan masyarakat yang berbeda.
Penelitian tentang masyarakat-masyarakat Arab dan Islam menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak sekolah yang memiliki satu sistem dan satu peraturan , setelah terjun ke kancah kehidupan masyarakat menunjukkan perbadaan dalm pandangan, sikap dan perilaku.
Hal ini menunjukkan bahwa keastuan dan kesamaaan hakiki tidak dapat terealisasi hanya dengan jalan menempanya dalam waktu yang lama saja. Kepaduan sikap dan perilaku hanya dapat terjadi jika hati, perasaan dan pikiran telah terpadu dalam lubuk jiwa yang paling dalam. Dan ini tidak akan terjadi dengan sendirinya, tanpa usaha keras dan kesadaran sosial yang tinggi.
Asas hidup ini hanya lahir dari keimanan yang benar, keimanan kepada sikap “Salimah” yang hakiki, selaras, dengan fitrah insani dan akal yang sehat. Silkap salimah hakiki yang memadukan pandangan manusia tentang sesama manusia, tentang alam, kehidupan dan nilai-nilai insani. Yaitu dengan meluruhkan dan menundukkan diri kepada Pencipta alam serta memuliakan manusia, dan kepada tasyri’ serta segala perintahnya.


5. Tugas Mengkordinasi dan Membetulkan Berbagai Upaya Pendidikan
Banyak faktor yang mempunyai saham dalam pendidikan generasi, namun yang terpening adalah keluarga, sedangkan yang lainnya adalah: masyarakat, media massa, masjid, dan makhluk hidup. Hanya saja faktor-faktor ini adakalanya meninggalkan kesan yang menyimpang pada jiwa anak, sekiranya tidak ada pengarahan. Sehubungan dengan gejala-gejala tersebut, sekolah berkewajiban untuk menghubungi, bahkan bila perlu mengkoordinasi berbagai upaya badan-badan ini dalam jalinan kerja sama yang secara etis, religious maupun ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Upaya seperti ini kiranya dapat mengarahkan kepada perealisasian tujuan pendidikan Islam, asas ta’abbudiyah dan tasyri’iyah nya. 


6. Menyempurnakan Tugas Pendidikan Keluarga
Sekolah berfungsi sebagai upaya pelengkap pendidikan dalam keluarga, karena pendidikan anak dimulai di dalam buaian kedua orang tuanya, oleh sebab itu antara kedua lingkungan pendidikan, keluarga dan sekolah, perlu dibangun suatu kerja sama yang jelas antara keluarga dan sekolah. Sekolah hendaknya mengadakan persiapan secara khusus untuk menciptakan dan mengkoordinasi hubungan dengan para wali murid, sekolah hendaknya pula memiliki catatan tentang pribadi siswa yang memuat segala sesuatu yang perlu diketahui. Di samping itu, bekerja sama antara sekolah dan dengan para wali siswa dapat meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak.


Beberapa Kegelinciran Sekolah Modern
Dewasa ini sekolah memegang tugas yang berat dalam mendidik generasi-generasinya. Adakalanya terjerumus dalam berbagai penyimpangan, diantaranya:
a. Sikap mengasingkan Diri dari Kehidupan Masyarakat
Dahulu, kutab dan halaqoh lahir di tengah bangsa dan masyarakat guna mendidik umat islam serta mengabdi kepada bangsa dan juga masyarakat, sehingga kutab dan halaqoh tidak lepas dari masyarakat.
Akan tetapi sekolah modern dewasa ini tidaklah dekat dengan masyarakat, bahkan memisahkan diri dan kurang peka terhadap problematika masyarakat. Mereka hanya terfokus pada tujuan persekolahan yang diinginkan.

b. Mengekor Kepada Kebudayaan dan Falsafah Barat yang Berdasarkan Keingkaran
Bahwasanya ilmuwan barat dalam penelitiaanya hanya menggunakan metode logis dan empiric, tanpa asas-asas keagamaan dan idealistis. Begitu juga ilmu-ilmu barat mempunyai landasan ideology yang bertentangan dengan aqidah tauhid muslim. Landasan ideology tersebut terpadu antara segala cabang pengetahuan dengan kebudayaan barat.
Dan paham-paham itu telah menyebar ke berbagai ilmu yang diajarkan di dalam sistem-sistem pendidikan yang berlaku di dunia Islam. Dari situlah tersusun suatu struktur berfikir dan ideology yang benar-benar bertentangan dengan Islam. Dan inilah bencana terbesar yang dimasukkan sekolah modern bagi generasi-generasi kita.
Untuk mengatasi hal itu, yaitu dengan mendasarkan ilmu-ilmu tersebut dengan asas-asa Islam dan memberjalankannya dari landasan Islam. Begitu juga sistem-sistem sekolah derekonstruksi, literature sekolah ditata kembali, dan aktivitas sekolah dan seliruh yang dibutuhkan sekolah dna pendidikan generasi-generasi direalisasikan di atas dasar Islam.


b. Kepribadian Anak yang Terpecah
Kegelinciran ini adalah akibat langsung dari yang sebelumnya, yaitu dari falsafah dan kebudayaan barat yang telah menyebar di seluruh dunia.ini menjadikan sendi-sendi mereka semakin kokoh.
Bisa kita lihat seluruh sekolah , berbagai publikasi ilmiah dan lapangan ilmu yang bertopang pada pandangan filsafat positivism yang hanya mengkaji fakta tanpa mengakui hubungan dengan Islam.yang sebenarnya semua itu mernunjukkan keagungan Allah, sebagaimana dalam asas-asas pendidikan Islam.
Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan mengatasi masalah sebelumnya.tetapi dengan syarat, bahwa melakukan berbagai edukatif Islam yang melatih para guru untuk menerapkan landasan ini hendaknya mencangkup seluruh aspek pendidikan dan pengajaran.

c. Menjadikan Ijazah dan Ujian Sebagai Tujuan Pendidikan
Dahulu ijasah merupakan kesaksian dari seorang yang alim yang mulia, yang mempunyai otoritas dalam bidang keahliannya . Sedangkan dewasa ini, pelajar memusatkan perhatiannya untuk mendapatkan ijasah itu sendiri. Dengan artian jika ia berhasil mencapainya, maka berakhirlah kehidupan ilmiahnya, lupalah ia akan segala sesuatu, dan nilai ijazah diukur dengan pekerjaan yang memberikan keuntungan yang banyak kepada pemilik ijazah. Seperti halnya seseorang menggunakan “cek bank ” untuk mengetuk pintu perseroan agar mendapat tumpukan kedudukan sosial dan memperoleh gaji.

d. Memproduksi Para Pegawai yang Pasif
Dewasa ini perguruan maupun sekolah mengeluarkan para pemuda dengan kemampuan yang kurang. Pikiran merela tidak ternina, hanya ingin mencapai ijazah saja, setelah itu melupakan segalanya. Dan jika mendapat pekerjan di suatu kantor maka mereka menjadi pegawai yang pasif, bekerja sebagai alat yang telah dipola sesuai dengan perintah-perintah yang diberikan kepada mereka. Mereka hanya menjalani hari-harinya untu memperoleh gaji tanpa memiliki kemapuan berfikir mandiri dan mengemukakan pendapat dalam menyelesaikan masalah.
Untuk menyelesaikan persoalan ini kiranya dapat dicari jalan keluarnya dengan melaksaksanakan hal-hal berikut:
a) Melatih para pemuda dalam pendidikannya agar menggunakan pengetahuan, ilmu dan seni yang mereka terima dalam memecahkan berbagai permasalahan masyarakat sesuai keahlian. Yaitu dengan penelitian dan eksperimen lapangan.
b) Membangkitkan perasaan Rabbani dan kesadaran eukatif Islam agar timbul kesadaran akan tanggung jawab atas ilmu mereka serta pengalamannya dihadapan sang Penipta pada hari pembalasan.
c) Membangkitkan rasa percaya diri dan keimanan kepada kemuliaan yang diciptaka Allah untuk memuliakan manusia. Bahwasanya segala sesuatu yang telah ia tekuni dengan ikhlas akan menjadikan ia pemuda yang mulia. Menyadarkan ijazah hanyalah lambing bahwa ia telah melewati suatu pendidikan, bukan indicator atas keahlian dalam suatu pekerjaan.

Pendidikan Muslim
Al-Quran telah menunjuk kepada peran guru dari para Nabi dan pengikut mereka, bahwa tugas pokok mereka adalah mengkaji serta mengajarkan ilmu illahi.
Allah swt. mengisyaratkan, bahwa tugas Rasulullah saw. Yang paling penting ialah mengajar al-Kitab dan al-Hikmah kepada manusia dan menyucikan mereka, yakni mengembangkan dan membersihkan jiwa mereka. Allah swt. berfirman:

Artinya: Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah: 129)
Dari ayat-ayat ini dapat disimpulkan berbagai tugas pendidikan, yang utama, yaitu:
a. Penyucian : yakni pengembangan, pembersihan dan pengangkatan jiwa kepada Penciptanya, penjauhannya dari kejahatan dan penjaganya agar tetap berada pada fitrahnya.
b. Pengajaran : yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan aqidah kepada akal dan hati kaum Mu’min, agar mereka merealisasikan dalam tingkah laku dan kehidupan.
2. Sifat-sifat dan Persyaratan Pendidik Muslim
Agar pengajar dewasa ini dapat menjalankan tugasnya seperti yang diembankan Allah kepada para Rasul dan pengikut mereka, maka guru harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola piker guru bersifat Rabbani, sebagaimana telah dijelaskan di dalam surat Ali Imran ayat 79.
Jika guru telah memiliki sifat Rabbani, maka dalam segala kegiatan mendidiknya akan bertuuan menjadikan para palajarnya orang-orang Rabbani juga; yaitu orang-orang yang melihat dampak dan dalil-dalil atas keagungan Allah, khusyuk kepada-Nya dan lain-lain.
Tanpa sifat ini, guru tidak mungkin akan dapat mewujudkan tujuan pendidikan Islam. Karena ibadah kepada Allah, menurut pendapat kita, harus meliputi pandangan kita tentang alam, seluruh perbuatan kita di dalam hidup dan seluruh pikiran kita.
b. Hendaknya guru seorang yang ikhlas. Sifat ini termasuk kesempurnaan sifat Rabbaniyah. Dengan kata lain, hendaknya dengan ptofisinya debagai pendidik dan dengan keluasan ilmunya, guru hanya bermaksus mendapatkan keridlaan Allah, mencapai dan menegkkan kebenaran; yakni menyebarkan ke dalam akal dan menegakkan kebenara ; yakni menyebarkan ke dalam akal anak-anakdan membimbing mereka sebagai para pengikutnya.
Jika keikhlasan telah hilang, akan muncullah sifat saling mendengki di antara para guru, tanpa mau menghiraukan pandangan orang lain. Dalam keadaan seperti itu, maka sifat egoist is yang di dukung hawa nafsu akan meggantikan pola hidup di atas kebenaran.
c. Hendaknya guru bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada anak-anak Hal itu memerlukan latihan dan ulangan, bervariasi dalam menggunakan metoda, serta melatih jiwa dalam memikul kesusahan.
d. Hendaknya guru jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya. Tanda kejujuran itu ialah menerapkan anjurannya itu pertama-tama pada dirinya dendiri. Jika ilmu dengan amalnya telah sejalan, maka para pelajar akan mudah meniru dan mengikutinya dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Tetapi jika perbuatannya bertentangan dengan seruannya, maka pada para pelajar timbul keengganan mengamalkan apa yang diucapkan gurunya.
Ketidakjujuran guru, cenderung meninbulkan dampak buruk terhadap jiwa para pelajarnya, dan lebih banyak merusak jiwanya daripada menyucikan dan mengangkat akhlak mereka.
e. Hendaknya guru senantiasa membekali diri dengan ilmu dan kesediaan membiasakan untuk trerus mengkajinya. Hendaknya pula guru berpengetahuan luas dengan ilmu yang dikajinya. Sebeb mengajarkan ilmu dan menterjemahkannya bagi anak-anak yang belum baligh hanya akan dapat dilakukan jika guru sendiri telah mencerna dan memahami ilmu itu secara mendalam
f. Hendaknya guru mampu menggunakan berbagai metoda-metoda mengajar secara bervariasi menguasainya dengan baik serta mampu menentukan dan memilih metoda mengajar yang selaras bagi materi pengajaran serta situasi belajar mengajarnya.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More